5 Juni, sebagai hari lingkungan hidup sedunia.mari tunjukkan kepedulian dalam menjaga bumi agar mau tersenyum lagi. tahukah engkau, saat ini bumi sedang merintih kesakitan dalam peluhnya. lebih dari 2 milyar orang menginjaknya tapi tak mau merawatnya. hanya mampu mengeksploitasi yang ada di dalamnya....mungkin jika bumi mampu menjerit, ia akan menjerit..."cukup-cukup jangan siksa aku lagi" . jika bumi mampu marah ia akan marah, tandanya ia mampu membuat manusia kebingungan dengan datangnya bencana......
mari ikut peduli wujudkan bumi hijau dengan menanam pohon disekitar kita......GO GREEN INDONESIA
Selengkapnya...
Jumat, 05 Juni 2009
Bumiku merintih dalam sakit
Selasa, 02 Juni 2009
KAJIAN GEOGRAFI SOSIAL KOTA SEMARANG
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Semarang merupakan salah kota yang dipimpin oleh walikota. Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya. Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat.
A. SEJARAH
Sejarah kota Semarang dimulai dari seorang putra mahkota kesultanan Demak bernama Pangeran Made Pandan. Pangeran ini diharapkan untuk menjadi penerus dari ayahandanya, yaitu Pangeran Adipati Sepuh atau Sultan Demak II. Sayangnya, beliau tidak ingin menggantikan kedudukan ayahnya. Beliau bermaksud menjadi seorang ulama besar. Pada saat ayahandanya wafat, kekuasaan diserahkan kepada Sultan Trenggana. Bersama putranya yang bernama Raden Pandan Arang, Pangeran Made Pandan kemudian meninggalkan kesultanan Demak menuju ke arah barat daya. Selama di perjalanan, beliau selalu memperdalam agama Islam dan mengajarkannya kepada orang lain.
Akhirnya, sampailah beliau ke suatu tempat yang terpencil dan sunyi. Beliau memutuskan untuk menetap di sana. Di situlah Made Pandan mendirikan pondok pesantren untuk mengajarkan agama Islam. Makin lama muridnya makin banyak yang datang dan menetap di sana.
Dengan seizin sultan Demak, Made Pandan membuka hutan baru dan mendirikan pemukiman serta membuat perkampungan. Karena di hutan tersebut banyak ditumbuhi pohon asam yang jaraknya berjauhan, maka disebutnya Semarang. Berasal dari kata asem dan arang.
Sebagai pendiri desa, beliau menjadi kepala daerah setempat dan diberi gelar Ki Ageng Pandan Arang I.
Sepeninggal beliau, pemerintahan dipegang oleh putra beliau yaitu Ki Ageng Pandan Arang II. Di bawah pemerintahan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhan yang meningkat. Semarang kemudian dijadikan kabupaten, dan Pandan Arang II diangkat menjadi bupati Semarang yang pertama. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 12 Rabiul Awwal 954 H, bertepatan dengan maulid Nabi Muhammad SAW atau tanggal 2 Mei 1547 M.
Masa kemakmuran yang dialami rakyat bersama bupati Pandan Arang II ternyata tidak berlangsung lama. Sebab Pandan Arang II melakukan banyak kekhilafan yang akhirnya membuat Sunan Kalijaga datang untuk memperingatkannya. Sesuai dengan nasihat Sunan Kalijaga, Bupati Pandan Arang II mengundurkan diri dari jabatannya dan kemudian meninggalkan Semarang menuju arah selatan. Beliau menetap di Bukit Jabalkat sampai akhir hayat.
Pengganti Pandan Arang II adalah Raden Ketib, Pangeran Kanoman atau Pandan Arang III yang merupakan adik dari Pandan Arang III. Beliau memerintah selama 33 tahun.
Adanya pusat penyiaran agama Islam menarik orang untuk datang dan bermukim di Semarang sehingga daerah ini semakin ramai. Semarang juga dikenal sebagai pelabuhan yang penting, sehingga pedagang-pedagang yang datang pun tidak hanya berasal dari sekitar Semarang namun juga dari Arab, Persia, Cina, Melayu dan juga Belanda (VOC). Bangsa asing tersebut juga membuat pemukiman mereka di Semarang.
Wilayah permukiman di Semarang terkotak-kotak menurut etnis. Dataran Muara Kali Semarang merupakan pemukiman orang-orang Belanda dan Melayu, di sekitar jalan R. Patah bermukim orang-orang Cina, sedangkan orang Jawa menempati sepanjang kali Semarang dan cabang-cabangnya.
Pada tahun 1678, karena terbelit hutang pada Belanda akhirnya Amangkurat II menggadaikan Semarang untuk Belanda. Sejak saat itulah, Semarang berada di bawah kekuasaan Belanda dan berubah fungsi dominannya menjadi daerah pertahanan militer dan perniagaan Belanda karena letak yang strategis.
Belanda menangkat Kyai Adipati Surohadimenggolo IV menjadi bupati Semarang. Belanda juga memindahkan kegiatan pertahanan militer Belanda dari Jepara ke Semarang, atas dasar perjanjian dengan Paku Buwono I. Sejak itu terjadi perubahan status, fungsi, fisik serta kehidupan sosial Semarang. Semarang menjadi pusat kegiatan politik VOC.
Di bawah kolonialisme Belanda, perkembangan Semarang cukup pesat. Belanda banyak sekali membangun fasilitas-fasilitas publik, membangun villa-villa, penduduk pribumi pun juga mengembangkan perkampungannya. Semarang telah menjadi pusat pemerintahan Belanda di Jawa Tengah.
Pada tahun 1864 dibangun rel kereta api pertama di Indonesia mulai dari Semarang menuju Solo, Kedungjati sampai Surabaya, serta Semarang menuju Magelang dan Yogyakarta. Dibangun pula dua stasiun kereta api di Semarang, yaitu stasiun Tawang dan stasiun Poncol yang hingga kini masih ada dan beroprasi dengan baik.
Tidak hanya itu, pelabuhan Semarang juga berkembang pesat dengan berlabuhnya pedagang dari berbagai negara. Pelabuhan ini kemudian dibangun dalam bentuk dan kapasitas yang lebih memadai dan mampu didarati oleh kapal-kapal besar. Di samping itu kaum pribumi pun ikut memajukan perekonomiannya dengan berdagang berbagi keperluan yang sangat dibutuhkan para pedagang tersebut.
Selanjutnya secara berturut-turut muncul pula perkembangan lainnya seperti pada tahun 1857 layanan telegram antara Batavia - Semarang - Ambarawa - Soerabaja mulai dibuka, tahun 1884 Semarang mulai melakukan hubungan telepon jarak jauh (Semarang-Jakarta&Semarang-Surabaya), dibukanya kantor pos pertama di Semarang pada tahun 1862.
Di tengah perkembangan yang amat pesat tersebut, agama Islam tetap berkembang. Kebudayaan Islam pun turut berkembang, antara lain dengan munculnya tradisi dugderan, yaitu tradisi untuk mengumumkan kepaada rakyat bahwa bulan ramadhan telah dimulai. Tradisi itu dimulai pada tahun 1891. Istilah dugderan diperoleh dari tatacara tradisi tersebut yaitu membunyikan suara beduk(dugdugdug) kemudian disertai dengan suara meriam, kemudian jadilah istilah dugderan.
Tidak hanya kebudayaan Islam, agama lainpun juga mengalami perkembangan. Hal ini terlihat dengan munculnya berbagai tempat ibadah selain masjid seperti gereja dan kelenteng. Ini terjadi karena banyak sekali pendatang yang masuk semarang dengan membawa agama serta budaya mereka masing-masing.
Mulai tahun 1906 Semarang terlepas dari kabupaten dan memiliki batas kekuasaan pemerintahan kota praja. Pada tahun 1916, Ir.D.de longh diangkat menjadi walikota pertama di Semarang. Pembangunan terus ditingkatkan. Kota Semarang mulai dibenahi dengan sistem administrasi pembangunan.
Dengan semakin berkembangnya kota Semarang, mulai tumbuh rasa tidak suka dari kaum pribumi terhadap kolonial Belanda. Mulailah muncul kesadaran untuk melawan penjajah. Akibatnya, politik Belanda berubah dengan menekan pertumbuhan kota Semarang.
Kedatangan Jepang pada tahun 1942 membuat kota Semarang tersentak. Mereka datang serentak di berbagai kota Indonesia. Semarang pun diambil alih oleh Jepang. Pemerintahan Kota Semarang dipegang oleh seorang militer Jepang (Shico), dengan dibantu oleh dua wakil (Fucu Shico) dari Jepang dan Semarang.
Jepang ternyata lebih menyengsarakan rakyat. Semua yang dimiliki rakyat diarahkan untuk keperluan peperangan Jepang. Akhirnya dengan semangat tinggi pada tahun 1945 rakyat dan para pemuda bangkit untuk melawan penjajah. Tanggal 14-19 Oktober 1945 pecahlah pertempuran lima hari di Semarang. Pusat pertempuran terjadi di sekitar Tugu Muda. Pertempuran ini turut menewaskan Dr.Karyadi, yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit umum terbesar di Jawa Tengah. Akhirnya Jepang pun menyerah dan pergi dari Indonesia.
Pasca kemerdekaan, pada tahun 1950 kota Semarang menjadi kotapraja di propinsi Jawa Tengah. Walaupun masih harus menghadapi berbagai keprihatinan, Semarang terus mencoba untuk berbenah diri.
Tahun 1976 wilayah Semarang mengalami pemekaran sampi ke Mijen, Gunungpati, Tembalang, Genuk, dan Tugu. Dengan adanya perkembangan dan perluasan wilayah ini maka perintah mulai menata pusat-pusat industri, pendidikan, pemukiman dan pertahanan di tempat strategis.
B. GEOGRAFI & TOPOGRAFI
Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati, dan Banyumanik
Topografi wilayah Kota Semarang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Dibagian Utara yang merupakan pantai dan dataran rendah memiliki kemiringan 0-2% sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 M.Di bagian Selatan merupakan daerah perbukitan, dengan kemiringan 2 - 40% dan ketinggian antara 90 - 200 M di atas permukaan air laut (DPL)
C. DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk Kota Semarang pada tahun 2006 (data terbaru dari BPS) sebesar 1.434.025 jiwa. Dengan jumlah tersebut Kota Semarang termasuk 5 besar Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. Jumlah penduduk pada tahun 2006 tersebut terdiri dari 711.761 penduduk laki-laki dan 722.264 penduduk perempuan. Kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Semarang Selatan sebesar 14.470 orang per km2, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Mijen sebesar 786 orang per km2. Jumlah usia produktif cukup besar, mencapai 69.30% dari jumlah penduduk. Ini menunjukkan potensi tenaga kerja dan segi kuantitas amat besar, sehingga kebutuhan tenaga kerja bagi mereka yang tertarik menanamkan investasinya di sini tidak menjadi masalah lagi. Belum lagi penduduk dari daerah hinterlandnya.
Sementara itu jika kita lihat mata pencaharian penduduk tersebut tersebar pada pegawai negeri, sektor industri, ABRI, petani, buruh tani, pengusaha; pedagang, angkutan dan selebihnya pensiunan. Dari aspek pendidikan dapat kita lihat, bahwa rata-rata anak usia sekolah di Kota Semarang dapat melanjutkan hingga batas wajar sembilan tahun, bahkan tidak sedikit yang lulus SLTA dan Sarjana. Meskipun masih ada sebagian yang tidak mengenyam pendidikan formal, namun demikian dapat dicatat bahwa sejak tahun 2003 penduduk Kota Semarang telah bebas dan 3 buta (buta aksara, buta angka dan buta pengetahuan dasar). Dengan komposisi struktur pendidikan demikian ini cukup mendukung perkembangan Kota Semarang, apalagi peningkatan kualitas penduduk yang selalu mendapat prioritas utama didalam upaya peningkatan kesejahteraan. Tingkat kepadatan penduduk memang belum merata. Penduduk lebih tersentral di pusat kota. Pertumbuhan penduduk rata-rata 1,43%/tahun. Ini berarti laju pertumbuhan penduduk dapat ditekan, setidaknya terkendali dan kesejahteraan umum segera terealisasi.
• Permasalahan penduduk
Permasalahan penduduk yang ada di kota semarang salah satunya adalah perkembangan permukiman kumuh dari tahun 1985 – 2005 yang disebabkan oleh faktor ekonomi dan faktor geografi. Salah satu penyebab munculnya permukiman kumuh adalah adanya urbanisasi tang tidak terkendali, proses pengkotaan (urbanisasi) baik secara fisik maupun karena adanya mobilitas penduduk dari luar perkotaan berakibat terhadap adanya krisis perumahan ( Drakakis-Smith, 1980). Meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk bertenpat tingal bagi penduduk kota yang tidak diimbangi dengan peningkatan luas lahan akan menyebabkan terjadinya pemadatan rumah mukim (densifikasi) dan menurunnya kkualitas permukiman itu sendiri (deteriorisasi), dua hal tersebut merupakan faktor yang menyebabkan proses taudifikasi berjalan terus menerus.
Faktor Ekonomi
Gambar : Kaitan Antar Prioritas Kebutuhan Hidup dan Per umahan dengan Penghasilan
Dari gambar tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa dalam menentukan prioritas tentang rumah, seseorang atau sebuah keluarga yang berpendapatan sangat rendah cenderung meletakkan prioritas utama pada lokasi rumah yang berdekatan dengan tempat yang dapat memberikan kesempatan kerja. Tanpa kesempatan kerja yang dapat menopang kebutuhan sehari- hari, sulit bagi mereka untuk dapat mempertahankan hidupnya. Status kepemilikan rumah dan lahan menempati prioritas kedu, sedangkan bentuk maupun kualitas rumah adalah merupakan priorotas terakhir, yang terpenting pada tahap ini adalah tersedianya rumah untuk berlindung dan beristirahat dalam upaya mempertahankan hidupnya.
Dari hal diatas dapat disimpulkan bahwa bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan sangat rendah, faktor jarak antara lokasi rumah dengan tempat kerja menempati prioritas utama. Faktor kejelasan status kepemilikan lahan dan rumah menjadi prioritas kedua, sedangkan bentuk dan kualitas bangunan tetap menempati prioritas paling rendah.
Faktor Geografi
Faktor geografi meliputi letak dan ketersediaan lahan, lahan diperkotaan khususnya untuk perumahan semakin sulit didapat dan semakin mahal, hal ini tentu saja diluar keterjangkauan sebagian besar anggota masyarakat, sulitnya akses untuk memperoleh lahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah antara lain disebabkan oleh spekulasi lahan, kepemilikan lahan yang berlebihan oleh pihak-pihak tertentu, aspek hukum kepemilikan dan ketidakjelasan kebijaksanaan pemerintah dalam masalah lahan (Abrahams, 1969). Hal ini yang menjadi pemicu munculnya kantong- kantong permukiman kumuh di kota-kota besar.
E. HIDROLOGI
Potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai - sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yan bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran kali Kreo dan kaliKripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya kali Kripik 12,3 %. Oleh karena kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi kota Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan. Karena kali Garang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum warga kota Semarang.
• Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air ( aquifer ) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang yang berada didataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dedngan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara 20 - 40 m.
• Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih.Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 - 90 meter, terletak di ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat tawar. untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan pada kedalaman antara 50 - 90 m. Pada daerah perbukitan kondisi artois masih mungkin ditemukan. karena adanya formasi damar yang permeable dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu lempung.
F. KLIMATOLOGI
Semarang memiliki iklim tropis 2 (dua) jenis yaitu , Musim Kemarau dan musim Penghujan yang memiliki siklus pergantian + 6 bulan. Hujan sepanjang tahun, dengan curah hujan tahunan yang bervariasi dari tahun ke tahun rata-rata 2215 mm sampai dengan 2183 mm dengan maksimum bulanan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Januari. Temperatur udara berkisar antara 25.80 0 C sampai dengan 29.30 0 C, kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 62 % sampai dengan 84 %. Arah angin sebagian besar bergerak dari arah Tenggara menuju Barat Laut dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 5.7 km/jam.
Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiai alluvial kelabu, Alluvial Hidromort, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua dan Grumosol Kelabu Tua.
1 Mediteran Coklat Tua • Kec. Tugu
• Kec. Semarang Selatan
• Kec. Gunungpati
• Kec.Semarang Timur 30 • Tanaman tahunan / keras
• Tanaman Holtikultura
• Tanaman Palawija
2 Latosol Coklat Tua Kemerahan • Kec. Mijen
• Kec. Gunungpati 26 • Tanaman tahunan / keras
• Tanaman Holtikultura
• Tanaman Padi
3 Asosiasi Aluvial Kelabu dan Coklat kekelabuhan • Kec. Genuk
• Kec. Semarang Tengah 22 Tanaman tahunan tidak produktip
4 Alluvial Hidromort Brumusul kelabu tua • Kec. Tugu
• Kec. Semarang Utara
• Kec. Kec. Genuk
• Kec. Mijen 22 • Tanama tahunan
• Tanaman Holtikultura
• Tanaman Padi
G. KONDISI DAN POTENSI SOSIAL BUDAYA
Dalam kurun waktu sejarah telah tercatat bahwa Semarang telah mampu berkembang sebagai transformasi budaya, baik yang bersifat religi, tradisi, teknologi maupun aspirasi yang semuanya itu merupakan daya penggerak yang sangat besar nilainya dalam memberi corak serta memperkaya kebudayaaan, kepribadian dan kebanggaan daerah.Nilai-nilai agama yang universal dan abadi sifatnya merupakan salah satu aspek bagi kehidupan dan kebudayaan bangsa.
Kerukunan agama di Kota Semarang cukup mantap, maka tempat ibadahpun terus berjalan dengan baik. Mayoritas pemeluk agam di kota semarang beragama Islam selain juga ada Khatolik, Protestan, Budha Hindu dan sebagian lainnya. Dalam usaha meningkatkan kualitas penduduk, maka salah satu cara yang penting adalah dengan meningkatkan pendidikan bagi seluruh masyarakat. Pemerintah Kota Semarang berupaya memperluas dan meningkatkan kesempatan belajar melalui penyediaan sarana dan prasaran pendidikan, serta meningkatkan mutu pendidikan baik formal maupun non formal. Masalah Kesehatan Pemerintah Kota Semarang juga mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara lebih merata, Kota Semarang mempunyai 9 rumah sakit umum, puskesmas 53 , Posyandu yang menyebar di seluruh wilayah, Dokter Praktek, Bidan praktek dan masih banyak sarana dan prasarana lainnya, sehingga setiap orang dapat memperoleh pelayanan kesehatan dengan mudah.
H. KONDISI PEREKONOMIAN
Uraian sektorel yang disajikan ini mencakup ruang lingkup dan definsi dan masing-masing sektor dan sub sektor.yang berperan secara dominan yang akan diJelaskan sebagai berikut :
• Sektor Pertanian Tanaman Bahan Makanan
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti, padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah sayur-sayuran, buah-buahan, kacang hijau, tanaman pangan lainnya, dan hasil-hasil produk ikutannya.Data produksi diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data harga yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik Tanaman Perkebunan Besar Sub sektor ini mencakup semua jenis kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang berbentuk badan hukum. Komoditi yang dihasilkan adalah karet Baik data produksi maupun harga diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Badan Pusat Statistik. Sub sektor ini mencakup produksi temak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil-hasil temak, seperti' sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur dan susu segar. Produksi temak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi temak dan ekspor temak neto. Data mengenai jumlah temak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur serta hasil-hasil temak diperoleh dari Dinas Peternakan
• Peternakan dan Hasil-hasilnya
Sub Sektor ini mencakupn produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil -hasil ternak, seperti sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, telur dan susu segar. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong ditambah perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak neto. Data mengenai jumlah ternak yang dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telor serta hasil-hasil ternak diperoleh dari Dinas Peternakan
• Kehutanan
Sub sektor kehutanan mencakup tiga jenis kegiatan seperti penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan lainnya. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar, arang dan bambu. Sedangkan hasil kegiatan pengambilan hasil hutan lainnya berupa kulit kayu, kopal, akar-akaran dan sebagainya
• Perikanan
Komoditi yang dicakup adalah semua hasil kegiatan perikanan laut, per-airan umum, tambak, kolam, sawah dan karamba. Data mengenai produksi, dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas Perikanan Kotamadya Semarang
• Pertambangan Dan Penggalian
Merupakan bagian dari sumberdaya alam dari jenis sumberdaya mineral, yaitu semua cadangan bahan galian yang dijumpai di muka bumi dan dapat dipakai bagi kebutuhan manusia. Sumberdaya mineral ini dalam bentuk zat padat yang sebagian besar terdiri dari kristal, mempunyai sifat homogen, merupakan unsur atau senyawa kimia anorganik alamiah dengan susunan kimia yang tetap dan terdapat di bagian kerak bumi sebagai material penyusun atau bahan pembentuk batuan yang mempunyai nilai ekonomi. Menurut data Metropolitan Semarang dalam Angka (1998), sumberdaya mineral ini mempunyai nilai ekonomi dan memberikan sumbangan terhadap PDRB Metropolitan Semarang sebesar 0,22 %. Menurut laporan Dinas Pertambangan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Tahun Anggaran 1993/1994 dan Neraca Sumberdaya Alam Spasial Metropolitan Semarang Tahun 1998, jenis sumberdaya mineral yang terdapat di wilayah Kotamadya Semarang hanya termasuk Bahan Galian Golongan C (Nir Strategis dan Nir Vital). Dari hasil pendataan bahan galian golongan C ini, termasuk pada tingkat keyakinan perolehan cadangan tereka antara 20 - 30 %, yaitu berada pada klasifikasi cadangan tereka dan dari 32 penggolongan sumberdaya mineral bahan galian golongan C ini Kotamadya Semarang memiliki 8 jenis bahan galian golongan C, antara lain : Andesit, Basalt, Batugamping, Pasir dan Batu (Sirtu), Tanah liat (Lempung), Tras dan Tanah Urug
I. KONDISI DAN POTENSI PEMERINTAHAN
Perkembangan Kota Semarang sebagai pusat pemerintahan telah terbukti jauh sebelum Kota Semarang menyandang status IbuKota Propinsi Jawa Tengah dan menunjukkan peranannya dalam pencaturan Pemerintahan. Dengan demikian pusat pemerintahan Jawa Tengah berada di Kota Semarang. Disamping itu di Kota Semarang juga terdapat Komando Daerah Militer IV Diponegoro. Dengan demikian predikat Semarang sebagai pusat pemerintahan dan kemiliteran untuk Jawa Tengah semakin mantap.
Sejak kedaulatan mencapai kejayaannya Semarang telah diakui sebagai pemerintahan yang berbentuk kabupaten, dan ternyata fungsi ini semakin lama tampak nyata bahkan diikuti dengan perkembangan fungsi - fungsi lain yaitu perhubungan, perdagangan, industri dan lain sebagainya.
Untuk menunjang perkembangan kegiatan tersebut maka sejak tanggal 19 Juni 1976 Kota Semarang telah diperluas sampai wilayah Mijen, Gunungpati, Genuk dan Tugu.
Jumlah kecamatan di Kota Semarang saat ini ada 16 kecamatan dan 177 kelurahan, adapun kecamatan tersebut antara lain :
Kota Semarang terdiri atas 16 kecamatan
1. Semarang Tengah
2. Semarang Utara
3. Semarang Timur
4. Gayamsari
5. Genuk
6. Pedurungan
7. Semarang Selatan
8. Candisari
9. Gajahmungkur
10. Tembalang
11. Banyumanik
12. Gunungpati
13. Semarang Barat
14. Ngaliyan
15. Mijen
Dalam rangka mengantisipasi pelaksanaan Pemerintahan dan Pembangunan maka Kota Semarang telah membentuk Dinas-Dinas Daerah , Lembaga Daerah dan Perusda . Untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat Pemerintah Kota Semarang berupaya memusatkan semua unit / instansi tersebut di lingkungan komplek Balikota dengan membangun gedung bertingkat VIII lantai dengan berbagai kelengkapannya. Disamping itu Pemerintah Kota Semarang juga menyupayakan segala pelayanan kepada masyarakat untuk dipermudah dan bisa dilayani di satu atap dengan membentuknya Unit Pelayanan Terpadu ( UPT ).
Sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 Walikota adalah penguasa tunggal di wilayahnya. Adapun pelaksanaannya di dalam pemerintahan dan pembangunan di daerah diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988. oleh karena itu dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan di daerah dan demi terwujudnya keserasian serta keberhasilan pembangunan, Pemerintah Kota Semarang berusaha menciptakan koordinasi kegiatan dengan semua instansi yang ada di jajarannya .
Koordinasi ini merupakan upaya yang dilaksanakan oleh Kepala Wilayah guna mencapai keselarasan, keserasian dan keterpaduan, baik di dalam perencanaan maupun di dalam pelaksanaan pembangunan Kota Semarang. Dengan demikian hasil pembangunan Kota Semarang selama ini adalah merupakan keterpaduan program-program antar Departemental. Demikian usaha Pemerintah Kota Semarang untuk memantapkan potensi Semarang sebagai Pusat Pemerintahan di Jawa Tengah yang handal.
PERCUMA
aku akan menangis...
andaipun hatiku putih
aku akan tetap menangis...
jika menangis itu sebuah kenikmatan
kenapa harus ada kesedihan dibaliknya?
berapa banyak air mata
yang harus tumpah
untuk menebus kabahagiaan yang telah terhempas?
sejuta rasa tak akan mampu redam
tangis yang mendera
semua akan terasa percuma
jika jiwanya datang menyapa
aku tak banyak berharap
karena yang ada telah menghilang
membuat waktuku terbuang dan;
menanti tanpa kepastian
Selengkapnya...
Senin, 01 Juni 2009
REMAJA INDONESIA MASA KINI
Generasi muda saat ini kurang memiliki rasa cinta terhadap Tanah Air, hal itu dapat dilihat dari gemarnya anak muda untuk pergi ke bioskop daripada ke museum- museum sejarah perjuangan bangsa. Hal itu dapat terjadi karena ada beberapa kemungkinan yang dapat diambil yakni yang pertama kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil sinetron-sinetron yang ditayangkan ditelevisi merupakan tayangan yang kurang produktif bagi perkembangan anak selain itu hal-hal yang terkait dengan Bangsa ini tidak mendapat sorotan yang tajam mengenai budaya, masalah sosial yang dapat menimbulkan Rasa cinta tanah air. Hal lain yang dapat menjadi penyebab yakni pendidikan yang kurang sehingga dapat menyebabkan seseorang tidak tau akan Bangsanya sendiri. Pergaulan remaja saat ini sangat mengkhawatirkan ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni tingginya angka pemekai NARKOBA dikalangan remaja yakni pemakai narkoba dikalangan remaja, dan adanya seks bebas dikalangan remaja, angka remaja yang melakukan seks bebas hingga saat ini mencapai 50 persen remaja melakukan hubungan seks diluar nikah. Ini sangat mengkawatirkan bagi Bangsa Indonesia, krisis moral yang terjadi dikalangan remaja yang menyebabkan seks bebas dapat terjadi.
Hal ini perlu diatasi agar tidak menyebabkan kemandulan dalam Bangsa karena perlu diingat lagi bahwa Masa depan Bangsa sangat tergantung pada Generasi muda, upaya pencegahan yang perlu dilakukan oleh kita semua yakni misalnya saja dengan Pendidikan formal yang didalamnya ada suatu pendidikan moral selain pendidikan keagamaan yakni adanya pendidikan tentang bahaya NARKOBA, hubungan Seks diluar nikah serta pentingnya pendidikan budi pekerti yang harus dijalankan. Sebab baik buruk kelakuan seseorang bermula dari baik buruknya iman yang tertanam serta budi pekerti tiap individu. Hal ini merupakan tanggung jawab seluruh elemen agar hal-hal seperti ini tidak terjadi dan dapat diatasi.Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya yakni peran orang tua didalam keluarga dalam mengawasi tingkah laku anak namun tidak berhak bertindak otoriter terhadap anak, dan dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua dengan baik, diantaranya memberikan kasih sayang, pendidikan budi pekerti, serta mengajarkan cinta kasih terhadap sesama. Sehingga terjadi keselarasan antara anak dengan dirinya serta lingkungan keluarganya.
Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai. Dalam hal ini akan dijelaskan faktor- faktor tersebut:
FAKTOR PENDIDIKAN
Pada umumnya remaja muda suka mengeluh tntang sekolah, larangan- larangannya, tugas rumah, kursus- kursus wajib, dan cara pengelolaan sekolah. Mereka bersikap kritis tehadap guru- guru dan cara guru mengajar. Ini sudah merupakan “ mode”. Remaja muda yang ingin menjadi populer diantara teman – teman sebaya harus menghindari kesan bahwa ia “ pandai”. Hal itu terutama berlaku pada remaja perempuan karena hanya sedikit wibawa yang dihubungkan dengan dengan prestasi akademik dibandingkan dengan remaja laki- laki. Meskipun demikian, sebagian besar remaja muda dapat menyesuaikan diri dengan baik di sekolah, baik dengan masalah– masalah akademik maupan sosial dan diam- diam mereka menyukainya.
Besarnya minat remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan. Jika remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan. Biasanya remaja lebih menaruh minat pada pelajaran- pelajaran yang nantinya akan berguna dalm bidang pekerjaan yang diinginkannya. Tetapi ada juga remaj yang tidak berminat pada pendidikan dan biasanya membenci sekolah. Ada tiga faktor ang mempengaruhi sikap remaja tehadap pendidikan yaitu:
1. seorang remaja yang orang tuanya memiliki cita- cita tinggi yang tidak realistiterhadap prestasi akademik, atletik, atau prestasi sosial yang terusmenerus mendesakuntuk mencapai sasaran yang dikehendaki orang tua.
2. seorang remaja yang kurang terima terhadap sikap teman- teman sekelas, tidak merasa nyaman dan gembira bergaul dengan teman sekelas dalam segala kegiatan sekolah.
3. seeorang remaja yang matang lebih awal, yang merasa fisiknya jauh lebih besar dibandingkan teman- teman sekelasnya dan karena penampilannya lebih tua atau lebih besar, seringkali diharapkan berprestasi lebih baik diatas kemampuannya.
Para remaja yang kurang minat terhadap pendidikan biasanya menunjukkan ketidaksenangan ini dengan cara menjadi murid yang berprestasi rendah, bekerja dibawah kemapuannya dalam setiap mata pelajaran atau dalam pelajaran yang tidak disukai. Ada yang membolos dan berusaha izin dari orang tua untuk berhenti sekolah setelah duduk di kelas terakhir tanpa merasa perlu untuk memperoleh ijazah. Hal ini terutama terjadi pada remaja yang matang lebih awal, yang tidak hanya memandang sekolah sebagai sesuatuu yang tidak menyenangkan tetapi juga sebagai pengalaman yang merendahkan.
Selain minat remaja pada pendidikan, Kondisi sekolahpun juga akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seorang remaja. Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
b. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
c. Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
d. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
e. Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang kurang
f. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.
KEAGAMAAN
Pandangan terhadap Tuhan atau agama sangat dipengaruhi oleh perkembangan berpikir, maka pemikiran remaja tentang Tuhan berbeda dengan pemikiran anak. Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkan untuk mentransformasikan keyakinan beragamanya. Remaja dapat mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai Yang Maha Adil, Maha Kasih Sayang. Berkembangnya kesadaran atau keyakinan beragama, seiring dengan mulainya remaja menanyakan atau mempermasalahkan sumber- sumber otoritas dalam kehidupan, seperti pertanyaan, “Apakah Tuhan Maha Kuasa?, mengapa masih terjadi penderitaan dan kejahatan di dunia ini?. Banyak anak mulai meragukan konsep keyakinan akan religiusnya pada masa kanak- kanak, dan oleh karena itu masa remaja merupakan periode keraguan agama. Namun , Wagner berpendapat bahwa apa yang sering ditafsirkan sebagai keraguan religi kenyataannya merupakan tanya- jawab religius. Menurut Wagner (170): Banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosional dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostik atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai suatu yang bermakna- berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan- keputusan mereka sendiri.
Perubahan minat pada agama selama masa remaja lebih radikal daripada perubahan minat pada pekerjaan. Seperti halnya minat pada pekerjaan masa kanak- kanak, konsep masa kanak- kanak tentang agama pada dasarnya tidak realistik dan remaja menjadi kritis terhadap keyakinannya di masa lampau.
FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL
Lingkungan memiliki pengaruh vital dalam pembentukan karakter remaja yang selanjutnya akan diperankan dalam proses sosialisasinya sebagai makhluk sosial, termasuk perannya untuk berbuat kenakalan atau tidak. Seseorang dapat menjadi buruk atau jelek karena hidup dalam lingkungan yang buruk (Eitzen, 1986:10). Lebih jauh dikritisi, kondisi semacam itu memungkinkan seseorang (baca: remaja) melakukan penyimpangan karena lingkungan telah mengalami disorganisasi sosial, sehingga nilai-nilai dan norma yang berlaku telah lapuk atau seakan tinggal nama/ sebagai simbol. Dengan kata lain, sanksi yang ada seolah sudah ‘tidak’ berlaku lagi.
Faktor kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau “rawan”, dapat merupakan faktor yang kondusif bagi anak/remaja untuk berperilaku menyimpang. Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam 2 bagian, yaitu pertama, faktor kerawanan masyarakat dan kedua, faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Kriteria dari kedua faktor tersebut, antara lain:
a. Faktor Kerawanan Masyarakat (Lingkungan)
1) Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malambahkan sampai dini hari
2) Peredaran alkohol, narkotika, obat-obatan terlarang lainnya
3) Pengangguran
4) Anak-anak putus sekolah/anak jalanan
5) Wanita tuna susila (wts)
6) Beredarnya bacaan, tontonan, TV, Majalah, dan lain-lain yang sifatnya pornografis dan kekerasan
7) Perumahan kumuh dan padat
8) Pencemaran lingkungan
9) Tindak kekerasan dan kriminalitas
10) Kesenjangan sosial
b. Daerah Rawan (Gangguan Kantibmas)
1) Penyalahgunaan alkohol, narkotika dan zat aditif lainnya
2) Perkelahian perorangan atau berkelompok/massal
3) Kebut-kebutan
4) Pencurian, perampasan, penodongan, pengompasan, perampokan
5) Perkosaan
6) Pembunuhan
7) Tindak kekerasan lainnya
8) Pengrusakan
9) Coret-coret dan lain sebagainya
Kondisi psikososial dan ketiga kutub diatas, merupakan faktor yang kondusif bagi terjadinya kenakalan remaja.
HUBUNGAN DENGAN ORANG TUA
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
a. Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
b. Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak di rumah
c. Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik (buruk)
d. Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi daripada kejiwaan (psikologis).
Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja, yaitu:
a. Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
b. Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
c. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
d. Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
e. Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak
f. Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak
g. Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain
h. Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup
i. Kurang stimuli kongnitif atau sosial
j. Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan lain sebagainya.
Sebagaimana telah disebutkan di muka, maka anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di atas, maka resiko untuk berkepribadian anti soial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah).
PERILAKU REMAJA YANG BERSIFAT PATOLOGIS
1. Kenakalan Remaja,
Dewasa ini, kenakalan remaja telah menjadi penyakit ganas di tengah-tengah masyarakat, mengingat remaja merupakan bibit pemegang tampuk pemerintahan negara di masa depan. Lebih parah, berbagai kasus kenakalan remaja tersinyalir telah meresahkan masyarakat, semisal kasus pencurian, kasus asusila seperti free sex, pemerkosaan, bahkan pembunuhan. Oleh berbagai praktisi media bahkan para pemerhati sosial hal ini telah banyak digubris dan dicari benang merahnya. Hanya saja, sejauh ini usaha tersebut belum terlihat goal dan terkesan hanya sebagai bahan berita di media massa dan diskursus oleh berbagai kalangan yang belum ada realisasi khusus.
Sejatinya, kenakalan semacam itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa itu mereka sedang berada dalam masa transisi: anak menuju dewasa. Seperti pemikiran Emile Durkheim (dalam Soerjono Soekanto, 1985: 73), perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal. Terkait dengan kenakalan remaja, dalam bukunya yang berjudul “Rules of Sociological Method” disebutkan bahwa dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin dihapusnya secara tuntas. Dengan demikian, perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak disengaja. Namun, kontras dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang akhir-akhir ini terjadi adalah kenakalan remaja yang disengaja, yakni dilakukan dengan kesadaran.
2. Minum- minuman keras, judi, rokok dan narkoba
Adanya pergaulan yang salah pada remaja sekarang mengakibatkan remaja kurang terkontrol, sehingga orang tua tidak tahu apa yang diperbuat oleh anaknya diluar lingkup keluarga. Kebiasaan merokok remaja sekarang sudah melewati batas kewajaran karena selain merokok, mereka saat kumpul bersama atau lebih dikenal dengan “kongko-kongko” juga minum- minuman keras, judi atau bahkan ada yang sampai mengkonsumsi obat- obatan terlarang. Hal- hal tersebut seakan saling berkaitan satu sama lain. Awalnya seorang remaja hanya ingin tahu apa rasa dan kenikmatan yang didapat jika merokok, karena keingintahuan yang besar mereka mencoba. Pertama mencoba hanya sebatas memenuhirasa penasarannya, tapi lama- kelamaan itu akan menjadi kebiasaan. Dan jika remaja sudah terjerumus pada rokok , maka kemungkinan besar mereka juga minum- minuman keras dan judi, terutama jika mereka sedang kumpul dengan temen- teman yang juga melakukan hal yang sama. Mereka merasa dengan melakukan hal- hal tersebut menjadi lebih dewasa, lebih jantan atau gentleman. Sehingga kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah budaya remaja masa kini yang menyesatkan. Pada tahun 2000, sekitar 70% dari 4 juta pecandu narkoba adalah kalangan remaja. Sementara itu ada sekitar setengah juta pengguna narkoba jarum suntik di Indonesia terkena HIV positif
3. Perilaku Seks,
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena hamil.
Sebuah survei terbaru terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja putri usia
15-24 tahun di 20 kabupaten pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Lampung) menemukan 46,2% remaja masih menganggap bahwa
perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks. Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%)
dibandingkan pada remaja putri (42,3%) (LDFEUI & NFPCB, 1999a:92).
Dari survei yang sama juga didapatkan bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk tertular PMS bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka akan berisiko tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK) (LDFEUI & NFPCB, 1999b:14).
Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap harus dijaga agar mereka tidak salah jalan.
Tapi kenyataannya, remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan berusaha untuk mendapatkan informasi ini. Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa. Kebanyakan orang tua memang tidak termotivasi untuk memberikan informasi mengenai seks dan kesehatan reproduksi kepada remaja sebab mereka takut hal itu justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks pra-nikah. Padahal, anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tua atau sekolah cenderung berperilaku seks yang lebih baik daripada anak yang mendapatkannya dari orang lain (Hurlock, 1972 dikutip dari Iskandar, 1997). Keengganan para orang tua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas juga disebabkan oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi (pendidikan seks). Hasil pre-test materi dasar Reproduksi Sehat Anak dan Remaja (RSAR) di Jakarta Timur (perkotaan) dan Lembang (pedesaan) menunjukkan bahwa apabila orang tua merasa meiliki pengetahuan yang cukup mendalam tentang kesehatan reproduksi,
mereka lebih yakin dan tidak merasa canggung untuk membicarakan topik yang
berhubungan dengan masalah seks (Iskandar, 1997:3).
Hambatan utama adalah justru bagaimana mengatasi pandangan bahwa segala sesuatu yang berbau seks adalah tabu untuk dibicarakan oleh orang yang belum menikah (Iskandar, 1997:1).
PENUTUP
Dari ulasan diatas kita tahu bagaimana perkembangan remaja saat ini dengan berbagai permasalahannya. Kenakalan remaja itu normal terjadi pada diri remaja karena pada masa itu mereka sedang berada dalam masa transisi: anak menuju dewasa selama perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan dilihat pada suatu perbuatan yang tidak disengaja. Sehingga diharapkan dengan mengetahui ulasan tersebut diatas kita mampu menyaring apa yang baik dan apa yang buruk untuk kehidupan kita.
PELAPUKAN BATUAN
1.PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari memperlihatkan bahwa di bumi tidak ada mineral yang abadi.Segala sesuatu akan berubah baik fisik maupun kimiawi,terutama yang berada dalam lingkungan atmosfer.Dalam geologi perubahan dialam ini dinamakan proses pelapukan (weathering),jadi pelapukan diartikan sebagai perubahan akibat cuaca.Telah diketahui bahwa batuan dialam terbuka,sebenarnya semakin lama semakin mengecil,bukan semakin membesar.Hal ini terjadi karena adanya pelapukan pada batuan tersebut.Bila memperhatikan batuan yang ada di halaman rumah,atau di sungai,secara sepintas tampaknya tak terjadi apa-apa dengan batuan tersebut.Tapi,kalau kita perhatikan terus menerus dan secara berkala,maka kita bisa diyakinkan,batuan itu melapuk. Batuan beku itu retak-retak,kemudian secara perlahan terkelupas seperti kulit bawang.Hasil proses pelapukan ini berupa pecahan-pecahan batuanlepas yang menutupi permukaan bumi secara tidak teratur yang dinamakan regolith.Tubuh tanah (soil), lumpur dalam lembah,pasir di gurun dan material lain yang urai merupakan bagian dari regolith.
Batuan, baik batuan beku, sedimen, maupun metamorf yang tersingkap diatas permukaan bersentuhan dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer akan mengalami proses pelapukan.Batuan akan berubah secara fisik dan atau kimiawi. Batuan beku yang mulanya berwarna hitam atau abu, warnanya berubah menjadi kuning kecoklatan pada bagian luarnya, karena pengaruh cuaca. Akibat proses cuaca dan waktu, perubahan dari batuan yang keras melapuk menjadi batuan halus (tanah) dalam waktu yang amat lama. Beberapa penelitian menyimpulkan, selama dua ribu tahun baru terjadi pelapukan setebal satu inci. Mengingat umur bumi sudah tiga ribu juta tahun itulah tanah hasil pelapukannya cukup tebal dibeberapa tempat. Namun di tempat lainnya pelapukannya tak terlihat, karena hasil pelapukan yang tipis itu segera berpindah ketempat lain.
Hasil dari pelapukan tersebut adalah tanah, Tanah adalah hasil terakhir pelapukan batuan yang terkena kekuatan alam, seperti misalnya air mengalir, gelombang, gletser dan angin. Tanah terdiri dari pasir dan tanah liat. Aslinya berupa batuan yang telah terpecah-pecahmenjadi kepingan sangat kecil, mulai dari kerikil dan pasir sampai butir-butir koloid yang halus dan kasat mata. Tanah juga mengandung bahan-bahan hewani dan nabati, baik yang hidup dan yang lapuk, misalnya akar-akaran, bakteri, jamur, cacing dan serangga. Daratan tempat kita berpijak terdiri dari pasir dan tanah. Baik pasir maupun tanah asalnya dari batuan. Tidak peduli betapa keras dan tahannya, batuan itu akhirnya pecah dan hancur menjadi butiran pasir kecil.
2. PENGERTIAN
Proses pelapukan dapat didefinisikan sebagai proses perubahan batuan yang terjadi akibat pengaruh langsung atmosfer dan hidrosfer (Sounders dan Fookes, 1970 op. cit. Beavis dkk., 1992). Proses perubahan dicapai melalui dua proses utama, yaitu pelapukan fisik dan pelapukan kimia, yang berada dalam sebuah keseimbangan fisika-kimia baru. Berlangsungnya kedua proses tersebut dapat dikatakan relatif lambat, tetapi keberadaannya dalam batuan menjadi hal yang cukup penting dari sudut pandang keteknikan.
Adanya pelapukan pada massa dan material batuan sering mengakibatkan rencana desain suatu struktur bangunan menjadi khas, karena pelapukan umumnya mengakibatkan pula perubahan sifat keteknikannya (Sadisun dkk., 1998; Karpuz dan Pasamehmetoglu, 1997; Krank dan Watters, 1983; Dearman dkk., 1978). Mempelajari pengaruh pelapukan batuan terhadap kondisi batuan dan karakteristik sifat keteknikannya merupakan bagian yang sangat penting dalam investigasi geologi teknik. Maka, dalam upaya mengetahui secara rinci karakteristik sifat keteknikan batuan, studi pengaruh pelapukan batuan terhadap beberapa sifat keteknikannya dapat menjadi parameter masukan yang penting guna menunjang kegiatan perencanaan pembuatan desain perkuatan lereng.
Pelapukan dalam istilah Geomorfologi adalah pecahnya batuan akibat disintegrasi dan dekomposisi yang dimana proses tersebut belum mengalami pergerakan massa (tidak termasuk pelepasan dan pengangkutan).
3. PROSES PELAPUKAN
Proses pelapukan batuan merupakan perubahan fisik batuan, terjadi karena tiga faktor utama yaitu:
a. Pelapukan Mekanik (mechanical weathering)/disintegrasi,
Pada proses pelapukan ini hanya berlangsung perubahan fisik saja, secara mekanik, tidak disertai perubahan kimia.Sehingga komposisinya tetap, yang berubah hanya sifat fisiknya saja. Prinsip disintegrasi pada pembentukan tanah atau sedimen yaitu berkurangnya ukuran butir tanpa perubahan pada komposisi kimianya. Hal ini terjadi akibat penghancuran secara fisika melalui:
• Abrasi, yaitu proses penggerusan batuan oleh agen transport seperti air dan es.
• Frost Action, yaitu proses pembekuan air dalam batuan. Hal ini mengakibatkan batuan terpecah akibat bertambahnya volume air ketika membeku.
• Aktivitas biologi, di antaranya rekahan pada batuan karena pertumbuhan akar.
Berkurangnya ukuran butir mengakibatkan bertambahnya luas permukaan partikel, hal ini tentunya akan meningkatkan laju reaksi kimia yang terjadi selama proses dekomposisi.
a. Pelapukan fisis dipengaruhi oleh beberapa faktor:
• Rekahan-rekahan (sheeting joint), hilangnya tekanan dari beban lapisan atas batuan yang semula menimbunnya mengakibatkan perubahan fisik dari batuan yang semula masif.Dengan hilangnya beban, maka seolah-olah batuanmendapat tekanan dari bawah yang rekahan-rekahan sejajar permukaan.
• Pertumbuhan kristal/berubah air garam menjadi kristal, Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguapdan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan di sekitarnya, terutama batuan karang didaerah pantai. Adanya pertumbuhan kristal-kristal garam menekan celah-celah atau rongga antar butir pada batuan, sehingga batuan tersebut dapat terintegrasi/hancur.
• Tekanan Es (frost wedging), pembekuan air yang terdapat dalam pori-pori dan rekahan batuan menekan dinding sekitarnya dan dapat menghancurkan batuan. Adapun pembekuan air di dalam batuan, maka volumenya akan mengembang. Pengembangan ini menimbulkan tekanan, karena tekanan ini batu- batuan menjadi rusak atau pecah pecah. Pelapukan ini terjadi di daerah yang beriklim sedang dengan pembekuan hebat.
• Pengaruh tumbuhan, benih tumbuhan yang hidup pada celah batuan makin lama makin besar menjadi pohon. Akarnya membesar, menekan dan menerobos batuan disekitarny secara perlahan dan menghancurkan batuan.
• Pengaruh suhu (thermal), Adanya perbedaan temperature yang tinggi peristiwa ini terutama terjadi di daerah yang beriklim kontinental atau beriklim Gurun di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50 Celcius. Pada siang hari bersuhu tinggi atau panas. Batuan menjadi mengembang, pada malam hari saat udara menjadi dingin, batuan mengerut. Apabila hal itu terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan batuan pecah atau retak-retak.menyebabkan pemuaian dan penyusutan akibat perubahan suhu dan dapat menghancurkan batuan.
Pada siang hari ketika batuan terkena sinar matahari, mineral yang mudah menyerap tanah akan lebih cepat memuai daripadamineral lain ang sulit menyerap panas matahari. Akibat nya, bidang batas mineral-mineral lain dalam batuan tersebut akan retak-retak.
Pada malam hari, suhu udara turun dan batuan mengalami penurunan suhu(pendinginan). Penurunan suhu di malam hari menyebabkan volume mineral dalam batuan menyusut. Biasanya mineral yang mudah menyerap panas mudah mudah pula melepaskan panas, sehingga lebih cepat dingin daripada lainnya dan mengalami penynusutan volume lebih cepat pula. Akibatnya bidang batas antar mineral menjadi renggang atau retak.
Proses ini berlangsung terus menerus setiap hari sehingga bagian demi bagian batu yang keras lama kelamaan akan retak-retak dan lepas selapis demi selapis dimulai dari bagian luar batuan. Akhirnya batuan yang besar tersebut akan hancur menjadi batu kecil, batu kecil akan hancur menjadi kerikil, kerikil akan hancur menjadi pasir, dan pasir akan hancur menjadi debu-debu halus.
Di daerah yang mengalami empat musim, pori-pori batuan yang terisi air di musim panas akan pecah/retak di musim dingin. Karena air di dalam pori-pori batuan tersebut membeku i musi dingin, air yang membeku volumenya besar sehingga batuan menjadi retak atau pecah.
b. Pelapukan Kimia/dekomposisi,
Pelapukan kimia adalah pelapukan batuan yang menghasilkan perubahan zat dari mineral pembentuk batuan. Pelapukan kimia lebih memegang peranan penting bila dibandingkan dengan pelapukan fisik. Dalam pelapukan kimia terjadi perubahan komposisi kimia mineral yang terlapukkan, sehingga dapat dikatakan proses dekomposisi. Proses pelapukan kimia dipegaruhi oleh beberapa faktor:
• Proses Hidrolisasi (hydrolysis), adalah reaksi kelebihan H+ atau OH- yang dihasilkan reaksi yang bersangkutan. Reaksi hidrolisis terlihat sebagai reaksi penggantian kation suatu struktur mineral oleh hydrogen. Yang umumnya terjadi pada pelapukan kimia batuan. Contohnya, pelapukan olivine menjadi silicic acid, ion Fe dan Mg, dimana hydrogen menggantikan Mg dan Fe.
(Mg, Fe)2SiO4 + 4 H2O ---> xMg2+ + 2-xFe2+ + H4SiO4 + 4 (OH)-
Hal yang sama terjadi pada hidrolisis feldspar dan segera setelah itu membentuk mineral lempung kaolinit:
KAlSi3O8 +H2O ---> HAlSi3O8 + K+ + OH-
2 HAlSi3O8 + 9 H2O ---> Al2Si2O5(OH)4 + 4 H4SiO4
• Proses Pencucian (leaching), merupakan kelanjutan penambilan material yang dapat larut pada batuan atau regolith oleh air. Oleh karena itu sering juga proses ini disebut sebagai proses pelarutan atau dissolution.
• Proses karbon, yang disebabkan oleh ion HCO3 (asam karbonat dioksida). Contohnya gypsum dan batuan gamping yang mineral utamanya CaCO3 juga dapat larut, terutama bila airnya kaya akan asam karbondioksida.
• Hidrasi adalah reaksi air dan komponen yang lain yang menghasilkan fase lain. Contohnya, goetit yang dihasilkan dari hematite melalui reaksi hidrasi:
Fe2O3 + H2O ---> 2 FeOOH
• Oksidasi, adalah proses dimana bilangan oksidasi (valensi) suatu ion meningkat. Contoh besi, pada umumnya dijumpai dalam mineral pembentuk batuan, temasuk biotit, augit,. Apabila mineral ini mengalami pelapukan kimia, besi terlepas dan segera teroksidasi dari Fe menjadi Fe jika ada oksigen. Contoh lain yaitu magnetit, suatu mineral yang umum ditemukan pada batuan beku, sedimen dan metamorf yang berubah menjadi mineral hasil pelapukan yang disebut Hematite .
4Fe2O3.FeO + O2 ---> 6 Fe2O3
Magnetit + Oksigen hematite
(Contoh proses reduksi yaitu pembentukan pirit pada kondisi anaerobik.)
Air berperan sangat penting dalam proses dekomposisi sebagai pelarut atau reaktan. Contohnya air dan asam pada larutan merupakan dua agen pelarut utama. Pelarutan adalah proses yang mana material yang dapat larut terlarut, atau pecah menjadi ion. Contohnya yaitu dekomposisi pada piroksen:
(Mg, Fe, Ca)SiO3 + 2 H+ + H2O ---> Mg2+ + Fe2+ + Ca2+ + H4SiO4
Piroksen + Ion Hidrogen + air Ion Mg, Fe, Ca + molekul silicic acid
Reaksi yang sama terjadi pada mineral ferromagnesian silicates yang lain. Ion Ca, Mg dan silicic acid yang dihasilkan pada reaksi ini tertransportasikan jauh melalui larutan, sedangkan ion Fe mungkin mengalami oksidasi atau hidrasi atau keduanya dan terpresipitasi sebagai hematite atau geotit. Hal yang sama, mineral karbonat terlarutkan menghasilkan ion Ca, Mg dan molekul bikarbonat, yang semuanya tertransportasi sebagai larutan.
Setiap proses dekomposisi adalah perubahan mineral yang tidak stabil pada permukaan bumi berubah menjadi mineral, molekul, atau ion yang lebih stabil dibawah kondisi permukaan. Produk utama pada proses ini yaitu kuarsa, mineral lempung, oksida besi, dan ion seperti Ca2+ dan Mg2+. Tiga produk hasil pelapukan karbonat berupa ion Ca dan Mg-, Mineral lempung, dan kuarsa serta opal dihasilkan dari proses yang kira-kira sama dengan umur bumi yaitu 4,5 miliar tahun.
Kestabilan relatif dari mineral selama proses pelapukan dikemukakan oleh Goldich (1938) yang merupakan kebalikan dari Deret Bowen. Dia menemukan bahwa Olivine, Augite (klinopiroksen), dan Ca-plagioklas lebih mudah terlapukan dibandingkan dengan kuarsa dan muskovit. Walaupun secara umum hal ini benar, proses pelapukan lebih rumit dari perkiraan. Hal lain yang mempengaruhi adalah iklim, mikroba dan tanaman dan asam yang dihasilkannya. Olivine, augite, dan plagioklas mengandung unsur Mg, Na, K, Ca, yang mudah telepas melalui pemecahan ikatan ion dengan oksigen. Si, Al, dan Ti membentuk ikatan kovalen dengan oksigen yang lebih sulit untuk pecah, yang mencegah pemecahan mineral seperti kuarsa.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa, menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of weathering).
Pelapukan kimia di Indonesia banyak dijumpai di daerah kapur. Pada dasarnya batu kapur adalah permeabel (tidak tembus air), namun batu kapur memiliki banyak retakan yang disebut diaklas. Air hujan yang mengandung CO2 meresap kedalam batu kapur melalui diaklas menyebabkan pelarutan:
CaCO3+H2O+CO2 Ca (HCO3)2
Akibat pelapukan kimia tersebut, diaklas makin lama makin melebar. Ujung diaklas yang telah melebar dipermukaan bumi akn terbentuk corong yanng disebut dolina. Pada umumnya , didasar dolina mempunyai saluran pembuangan air yang menembus lapisan kapur yang da dibawahnya.Antara dolina yang satu dengan yang lainnya mmpunyai saluran air bawah tanah yang saling beerhubungan. Sehingga terbentuklah jaringan sungai bawah tanah . Sungai bawah tanah tersebut mengalir kelaut . Namun, ditempat – tempqat tertentu, kadang-kadang muncul ke permukaan sebagai mata air.
Apabila dasar dolina tertutup oleh endapan tanah yang halus (tanah terarosa) saluran pembuangan air bawah tanah akan tersumbat sehingga terbentuklah danau kecil di aerah kapur yang disebut lokva. Apabila eberapa dolina bergabung menjadi dolina luas yang dinamakan uvala.
Pelarutan batu kapur oleh air hujan yang mengandung karbondioksida melalui diaklas menyebabkan terbentuknya gua-gua kapur. Pada gua tersebut rembesan air dari diaklas masih dapat diamati melalui tetesan air di dalam gua kapur. Kapur yang larut dalam air yang merembes dan mengering di langi-langit gua kapur akan membuat bentukan yang disebut stalagtit. Akan tetapi tidak semua kapur yang larut dalam dalam rembesan tersebut dapat mengering di langit-langit gua. Sebagian kapur akan ikut menetes kebawah bersama tetesan air dan mengendap di dasar gua sehingga terbentuklah stalakmit. Banyak gua kapur di Indonesia yang di dalamnya terdapat stalagtit dan stalagmit, bahkan pada gua tersebut dapat dilihat adanya aliran sungai di bawah tanah.
Didaerah pegunungan kapur, disamping dolina, lokva, dan uvala, juga terapat bukit-bukitkapur yang memiliki puncak yang tumpul yang disebut kubah kapur. Kubah kapur di pantai selatan Jawa Tengah, tampak berjajar dan jumlahnya demikian banyak, oleh penduduk sekitar disebut gunung sewu. Dilihat dari foto udara, kubah-kubah kapur dapat dibedakan dengan jelas dengan pegunungan yang terbentuk dari intrusi magma.
Eksfoliasi dan Pelapukan mengulit bawang (exfoliation and spheroidal weathering).
Pelapukan batuan pada singkapan atau bongkahan terlihat pada lapisan tipisseperti kulit atau cangkang dipermukaannya yang lepas dari tubuh batuan tersebut. Proses ini dikenal sebagai eksfoliasi. Eksfoliasi disebabkan oleh differensial strees dalam batuan, terutama akibat pelapukan kimia. Misalnya feldspar yang lapuk menjadi mineral lempung. Dibawah permukaan tanah pelapikan kimia sering kali membuat hasil lapukannya melingkari batuan yang segar (belum lapuk). Air yang bergerak pada seluruh sisi permukaan batuan segar menjadikan batuan segarnya makin kecil dan membulat, dilingkari pelapukannya. Gejala ini dinimakan pelapukan mengulit bawang.
c. Pelapukan Organik,
Pelapukan organik yaitu pelapukan yang disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan dan binatang. Misalnya pelapukan oleh perpanjangan akar tanaman, pelapukan oleh bakteri, cacing, semut dsb.
Penyebabnya adalah proses organisme yaitu binatang tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain cacing tanah, serangga.
Dibatu-batu karang daerah pantai sering terdapat lubang-lubang yang dibuat oleh binatang.
Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu berkembangnya akar tumbuh-tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akar- akar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambangan.
4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Faktor yang mempengaruhi proses pelapukan adalah:
• Jenis dan struktur batuan, Struktur batuan adalah sifat fisisdan susunan kimia batuan, sehingga terjadinya perbedaan antara satu jenis batuan dengan batuan lainnya. Batu kapur berbeda dengan andesit atau basalt, misalnya. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan dalam proses pelapukan. Kebalikan dari reaksi Bowen, mineral yang terbentuk pada saat awal pembentukan magma suhu da tekanan tinggi. Olivin misalnya akan mudah lapuk daripada kwarss. Efektivitas pelapukan dipengaruhi luas, banyak kekar, akan lebih cepat lapuk karena permukaan kontaknya lebih luas.
• Lereng, Butiran-butiran mineral yang terlepas akibat pelapukan akan mudah longsor terbawa hujan.
• Iklim, Iklim banyak berpengaruh terhadap proses pelapukan karena terdiri dari hujan, temperatur (suhu), dan kelembaban. Air hujan berpengaruh terhadap komposisi kimiawi mineral-mineral penyusun tanah,kedalaman dan perbedaan profil serta sifat tanah.
Temperatur (suhu) berfungsi sbb:
Mempecepat proses pelapukan fisik dalam pembentukan liat dari minerak-mineral bahan induk.
Mendorong mikrobiologi lebih aktif karena perbedaan temperatur menghasilkan mikroba berbeda. Adapun unsur-unsur mikroba mendorong proses pelapukan. Mikroba adalah unsur-unsur hayati yang aktif akibat perubahan temperatur.
Mempercepat kesempurnaan proses dekomposisi biomasa tanah hingga mineralisasinya. Kadar biomas tanah bervariasi. Tanah yang terbentuk dari pelapukan dengan temperatur rendah, cenderung memiliki kadar biomas yang rendah.Contohnya: didaerah kutub. Adapun tanah yang terbentuk pada temperatur tinggi kadar biomasnya rendah tetapi matang karena proses mineralisasi terhadap sisa-sisa tanaman berlangsung dengan cepat.
Adanya pergantian musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan. Kelembaban dan panas akan mempercepat reaksi kimia, iklim tropis yang kelembabannya tinggi dan panas tinggi pelapukan kimia akan lebih aktif dibandingkan dengan daerah dingin dan kering.
• Makhluk Hidup, Manusia dan binatang penggerek (pembuat lubang), mempercepat proses pelapukan. Untuk meningkatkan kehidupannya, manusia memotong bukit untuk jalan raya, penambangan dan sebagainya yang mempengaruhi adalah dapat memperluas kontak permukaan untuk pelapukan. Binatang penggerek, semut, cacing, dan rayap mampu membuat lubang dipermukaan tanah. Misalnya binatang rayap membuat lubang-lubang dan membawa galiannya keatas permukaan tanah. Meskipun sangat kecil dan tidak langsung menghancurkan batuan dasarnya, namun dalam jangka waktu yang panjang akan terlihat pengaruhnya
• .Topografi, Keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi andapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif. Secara tidak langsung mempengaruhi jenis dan jumlah tumbuhan. Sedangkan tumbuhan akan mempengaruhi macam pelapukan beserta kecepatannya. Secara mekanis, akar tumbuhan akan menembus dan memecah batuan. Secara kimia, humus menghasilkan asam arang dan asam humus yang merupakan faktor pelapuk yang baik. Dan tentu saja vegetasi itu tumbuh subur di tempat hasil pelapukan.
• Reagen-reagen kimia dan vegetasi. Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat merubah pH larutan. Asam-asam humus ini erat kaitannya dengan vegetasi daerah. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: • penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan • akumulasi air hujan akan lebih banyak • humus akan lebih tebal Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain itu, vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
• Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif .
Beberapa percobaan telah dilakukan dalam laboratorium untuk mengetahui waktu yang diperlukan proses pelapukan. Ternyata bahwa hasil pelapukan seperti
yang terdapat dipermukaan bumi ini terjadi sepanjang waktu geologi. Waktu sangat menentukan dalam proses pelapukan.Hasil akhir dari pelapukan adalah tanah yang brwujud lepas, sangt menunjang kehidupan tumbuhan. Penghancuran batuan secara fisika dan kimia adalah proses pelapukan yang merupakan tahap awal pembentukan tanah. Sebenarnya dalam tanah mengandung bahan organik bercampur dengan komponen mineral. Bahan organik berasal dari tumbuhan dan binatang yang mati.Profil tubuh tanah yang berkembang secara bertahap dari bawah keatas. Tahapannya merupakan lapisan-lapisan subhorizontal, yang merupakan derajat pelapukan. Setiap lapisan atau horizon mempunyai sifat-fisik, kimia, biologi yang berbeda. Horizon-horizon tubuh tanah ini membentuk profil tubuh tanah, yang umumnya terdiri dari dua horizon atau lebih.
• Horizon O,
Merupakan lapisan paling atas, akumulasi bahan organik (sisa tumbuhan dan binatang ) yang sudah terurai oleh bakteri dan proses kimia.
• Horizon A,
Horizon dibawah horizon O atau langsung diatas permukaan tanah. Biasanya berwarna kehitam-hitaman atau abu-abu gelap, karena mengandung humus. Pada horizon A telah kehilangan sebagian unsur aslinya karena yang berukuran lempung terbawa air kebawah dan terutama oleh pencucian (leaching) kimia terhadap mineral-mineral yang dapat larut. Kadang-kadang dibawah horizon A terdapat/dijumpai horizon E yang berwarna abu-abu terang atau keputihan, karena tidak adanya oksida berwarna gelap yangh melapisi butiran mineral berwarna yang terang. Biasanya terdapat didaerah bertubuh tanah bersifat asam, dibawah hutan dengan pepohinan yang selalu hijau. Horizon A terdiri dari:
Horizon A1, yang terletak paling atas/ dibawah horizon O, horizon ini menunjukkan ciri-ciri percampuran antara bahan mineral dengan bahan organik dan warna lebih kelam.
Horizon A2, disebut horizon pencucian /eluviasi karena sebagian besar koloid-koloid tanah (lempung, humus,Fe, Al) telah tercuci, warna cerah dan struktur lebih longgar
Horizon A3, merupakan horizon peralihan dari horizon A ke horizon B, dengan cir-ciri dan warna mendekati ciri horizon A, tetapi tidak jelas.
• Horizon B,
Pada umumnya berwarna kecoklatan atau kemerah-merahan. Pada horizon ini terjadi pengayaan lempung dan atau hidroksida besi dan alumunium hasil pelapukan mineral-mineral pada horizon ini sendiri dan juga bawaan dari horizon diatasnya, A dan E. Sering kali horizon B mempunyai struktur tersendiri yang menyebabkan pecah-pecah menjadi blok-blok atau prisma-prisma. Pada tubuh tanah daerah beriklim kering sering dijumpai horizon K dibawah horizon B. Pada horizon ini semua butiran-butiran mineral dan materialnya dilapisi oleh kalsium karbonat
Horizon B terdiri dari:
Horizon B1, merupakan horizon peralihan dengan horizon A ciri dan warna mendekati horizon B
Horizon B2, penimbunan maksimum liat Fe dan Al oksida, dan terkadang organis, ciri dan tekstur halus, struktur gumpal dan warna kecoklatan.
Horizon B3, merupakan peralihan dari horizon B ke horizon C.
• Horizon C,
Merupakan horizon terdalam dan terdiri atas batuan dasrar dari berbagai tingkat pelapukan, tetapi sedikit sekali sifat-sifat yang dipunyai horizon-horizon A dan B.
Dari uraian tersebut diketahua bahwa komposisi tanah pada lapisan bawahberbeda dengan lapisan atas. Di lapisan tanah bawah, kandungan bahan organik lebih rendah agak mampat dan kandungan pori-pori lebih banyak. Hal ini persentase bahan mineral dan air lebih besar sedangkan persentase bahan organik dan udara kecil. Bahan mineral tanah berasal dari pelapukan batuan. Oleh karena itu, susunan mineral di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batuan induknya. Tanah yang berbeda adalah hasil dari pengaruh faktor pembentuk tanah, iklim, vegetasi penutup, organisme tanah, komposisi batuan dasar, topografi dan waktu. Jenis-jenis tanah berdasarkan komposisinya :
QPedalfer : Kaya akan oksidasi Fe (besi) dan lempung dan tidak ada kalsium karbonat karena larut dalam air.
QPedocal : Kaya akan karbonat dan sering terdapat didaerah kering dan panas seperti padang rumput dan semak-semak.
QLaterit : Kaya akan oksida dan hidroksida besi. Terdapat didaerah ekuator dan tropis, berwarna merah bata.
QBauxit : Kaya akan oksida dan hidroksida besi serta alumunium
Pelapuakan meskipun sangat lambat membentuk bentangan alam permukaan bumi, dengan meluluhkan material permukaan bumi. Jenis tanah berdasarkan topografi dibadakan menjadi terjal dan landai.
5. AKIBAT DARI PELAPUKAN
hasil akhir dari pelapukan adalah tanah yang berwujud lepas, sangat menunjang kehidupan tumbuhan. Penghancuran batuan secara fisika dan kimiawi adalah proses pelapukan yang merupakan tahap awal pembentukan tanah. Sebenarnya dalam tanah mengandung bahan organik
TINTA PERTAMAKU DI BULAN JUNI
EVERY HEART
How many tears must be shed
Every Heart, Before we can become honest?
To whom must we proclaim our feelings
Every Heart, So that we can no longer feel loneliness?
I was frightened by the long, long nights
I prayed to the distant stars
Round and round in looping time
We are searching for love
For we want to grow stronger and stronger
We still look up to the high skies today
What kind of smile must we come across
Every heart, Before we can take a step towards our dreams?
A person in the face of sadness
Every Heart, His happiness drifts in slumber
Someday, someday, may all souls
Find true peace
Round and round in looping time
We live and come to understand things
At times laughing, sometimes crying
We will continue to walk again today
In the corners of my childhood memories
There is a warm place, So Sweet
Where the stars talk of a future
That will always sparkle, So Shine
Round and round in looping time
We are searching for love
For we want to grow stronger and stronger
We still look up to the high skies today
Round and round in looping time
We live and come to understand things
At times laughing, sometimes crying,
We will continue to walk again today
Selengkapnya...